Alamat Sekolah

Alamat : Jl. Santren II Gunungpring Muntilan Magelang Kode Pos 56415
Telepon : (0293) 586844
E-mail : sd_muhammadiyah_gunungpring@yahoo.co.id
http://sdmugu.blogspot.com

PESERTA DIDIK BARU

BAGI IBU/BAPAK CALON ORANG TUA / WALI SISWA SD MUHAMMADIYAH GUNUNGPRING YANG AKAN MENDAFTARKAN PUTRA - PUTRINYA, SILAHKAN SEGERA MENGAMBIL FORMULIR PENERIMAAN SISWA BARU UNTUK TAHUN PELAJARAN 2019 - 2020

Senin, 23 Mei 2011

MONITORING UJIAN NASIONAL

Hari senin tanggal 10 - 12 Mei 2011 ada kegiatan Ujian Nasional untuk siswa SD/MI kelas 6 seluruh Indonesia khususnya di Kabupaten Magelang. Tak ketinggalan SD Muhammadiyah Gunungpring juga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Ujian Nasional ini. Ada 99 siswa yang mengikuti Ujian Nasional dari sekolah ini yang terbagi menjadi 5 ruang.


Dalam 3 hari mereka berkutat dengan soal-soal mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sains untuk menentukan kelulusan. Selama 3 hari tersebut, dari pihak UPT Disdikpora Kecamatan Muntilan beserta jajaran Muspika Kecamatan Muntilan selalu mengadakan kegiatan monitoring ke sekolah-sekolah se Kecamatan Muntilan.

 


PEND ANAK USIA DINI

20 Menit Yang Berkualitas untuk Anak

Penggiat komunitas dongeng Dakocan, Ivan Sumantri Bonang, mengatakan, orangtua dapat menyediakan waktu minimal 20 menit yang berkualitas untuk berkomunikasi dengan anak. Penyediaan waktu berkualitas merupakan syarat dasar orangtua untuk menerjemahkan prinsip pendidikan anak usia dini di dalam keluarganya.
"Dalam konteks pendidikan di dalam keluarga, orangtua harus memiliki keterampilan untuk dapat menerjemahkan prinsip pendidikan anak, terutama usia dini," kata Ivan di Bandar Lampung, Selasa (24/5/2011).
"Namun, karena keterbatasan waktu, orangtua harus menyediakan waktu minimal 20 menit yang dapat memukau anak-anaknya agar prinsip-prinsip pengasuhan dapat dilaksanakan," lanjutnya.
Ivan menjelaskan, waktu berkualitas bersama antara orangtua dan anak-anak tidak hanya ditentukan oleh banyak atau sedikitnya waktu pengasuhan oleh orangtua untuk anak-anaknya. Waktu berkualitas sangat ditentukan oleh tingginya intensitas komunikasi antara orangtua dan anak.
"Semakin banyak waktu yang berkualitas, kedekatan emosi antara orangtua dan anak akan terjaga. Kedekatan tersebut akan memudahkan orangtua mentransfer nilai-nilai kepada anak-anaknya dan ini memberi peluang besar untuk membentuk karakter yang baik dan mengasah banyak jenis kecerdasan," katanya.
Pada saat ini, lanjut Ivan, tidak menutup kemungkinan bahwa pengasuhan seorang anak tidak sepenuhnya dilakukan kedua orangtuanya dengan berbagai alasan, seperti terhalang pekerjaan untuk menafkahi keluarga. Akibatnya, pengasuhan terhadap seorang anak harus diserahkan kepada orang dewasa selain kedua orangtuanya, misalnya nenek, kakak, atau pengasuh.
"Namun, hambatan di atas bukanlah merupakan alasan bagi orangtua untuk tidak melakukan pengasuhan berkualitas bagi anak-anaknya. Dalam rentang waktu yang hanya tersisa sedikit, orangtua harus tetap mengkreasi waktu yang berkualitas bagi anaknya," sarannya.
Tumbuh kembang anak
Sementara itu, bagi para orangtua yang mempunyai kesempatan melakukan pengasuhan secara langsung terhadap anak-anaknya, belum tentu dikatakan otomatis telah melakukan pengasuhan yang berkualitas. Hal itu bisa terjadi karena ketidakmampuan orangtua berkomunikasi atau kurangnya pemahaman orangtua terhadap kebutuhan anak sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Di sisi lain, kebutuhan anak atas perhatian dan pengasuhan intensif dari orangtuanya tidak dapat ditunda.
"Karena lingkungan awal seorang anak terutama terbatas pada rumah, yang berarti sangat tergantung pada orang dewasa di dekatnya, yakni orangtuanya, maka hubungan antara anak dan orangtua mempunyai peran penting dalam menentukan pola perkembangan psikis, sosial, dan emosionalnya di masa depan," kata Ivan.
Ivan menambahkan, banyak metode yang bisa digunakan untuk mengkreasi waktu pertemuan dalam pengasuhan berkualitas antara orangtua dan anak. Metode yang dapat digunakan adalah permainan sederhana, bercerita, pujian, penghargaan, hafalan nilai-nilai, permainan sebab-akibat, permainan kata-kata yang memerlukan pikiran lebih panjang, dan dialog atau diskusi, serta dapat diterapkan kepada anak-anak dengan melihat jenjang usia perkembangan.
"Namun, untuk anak usia dini, dari semua metode di atas, metode bercerita atau mendongeng merupakan metode paling tepat. Karena bayi atau anak-anak belum memiliki referensi tentang banyak hal dan belum bisa berfantasi karena keterbatasan kognitif dan bahasa mereka," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, orangtua harus memberikan rangsangan untuk meningkatkan kemampuan anak tersebut. Orangtua perlu menggambarkan secara rinci tentang segala sesuatu yang diceritakannya.

Diambil dari : Kompas.com hari Selasa, 24 Mei 2011

Senin, 02 Mei 2011

MENYAJIKAN MAKANAN KHAS

Hari sabtu tanggal 30 April 2011 SD Muhammadiyah Gunungpring Muntilan mengadakan lomba menghias dalam menyajikan makanan khas khususnya Jawa Tengah dan khas Jawa pada umumnya. Adapun daftar jenis menu makanan yang akan disajikan adalah sebagai berikut :
  1. Glanggem
  2. Ndog Gludug
  3. Mantolan
  4. Gethuk Cothot
  5. Jadah
  6. Wajik
  7. Klepon
  8. Cethil
  9. Growol
  10. Thiwul
  11. Lemet
  12. Nogosari
  13. Cemplon
  14. Galundeng
  15. Kocomoto
  16. Sengkolon
  17. Moto Kebo
  18. Corobikan
  19. Kuping Lowo
  20. Tawonan
  21. Gathot
  22. Timus
  23. Mendut
  24. Krasikan
  25. Samarinda
  26. Bakwan
  27. Jemunak
  28. Tahu Susur
  29. Sarang Gesing
  30. Srabi
  31. Ongol-ongol
  32. Cucur
  33. Gandhos
  34. Minuman tradisional (Beras Kencur, Jahe, Jeruk, Kunir Asem, dll)
Adapun kriteria yang dinilai diantaranya adalah Kreatifitas, Kerapian, Macam Menu yang disajikan, Keserasian Warna).





















Bencana Alam

Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati.....
Mari kita ringankan beban "mereka" yang sedang terkena musibah baik itu gempa bumi, letusan gunung merapi, tanah longsor, banjir, maupun tsunami. Kita sisihkan harta kita, tenaga dan pikiran untuk membantu meringankan beban para korban dan pengungsi. Yang paling penting lagi, mari kita kembalikan lagi "ibu pertiwi" yang telah rusak agar kembali seperti sedia kala.